SYALOM

SYALOM SELAMAT DATANG, TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA, TUHAN MEMBERKATI, BERI KOMENTAR UNTUK PERBAIKAN INFORMASI

Minggu, 28 Agustus 2011

PUJIAN SPRP GKE PANGKALAN BUN


THE HEART OF WORKSHIP

 Song Leader SPRP GKE Pangkalan Bun
 Ketua Majelis Jemaat GKE Pangkalan Bun (PDT. Teras Moeses STh) dan Ketua Panitia Workship SPRP (Boma) sedangkan mengikuti Pujian penyembahan
 Tarian dan penyembahan SPRP
 Jayalah Bangsaku Jayalah NegeriKu
Pdt. Yerenti Marsi, STh
Seksi pelayanan Remaja Pelajar Jemaat Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat pada Hari Minggu 28 Agustus 2011 melaksanaan :The Heart Of Worksip di Gereja Sinta Pangkalan Bun, dalam Rangka memperingati HUT RI ke - 66, dalam refleksi yang dibawakan oleh Pdt. YURENTI MARSI, STh, diingatkan bahaya dari pergaulan bebas, dan Narkoba. Pada Acara ini juga dibagi hadiah perlombaan Futsal yang di selenggarakan oleh Panitia SPRP yakni perlombaan Antar Sekolah setinggat SMP dan SMU, serta antar Jemaat. Dalam Sambutannya Ketua Majelis Jemaat GKE Pangkalan Bun menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada SPRP atas usaha dan jerih payahnya dalam mempersiapkan dan melaksanakan acara ini, dan kedepannya perlu ditingkatkan lagi. Tuhan Yesus Memberkati

Rabu, 17 Agustus 2011

KELUARGA YANG DIPULIHKAN

Yayasan EVANGELICAL  pada tanggal 16 Agustus 2011 di Gereja Sinta Pangkalan Bun, menyelenggarakan malam kesaksian KELUARGA YANG DIPULIHKAN  bersama ROBBY SUGARA dan  NY. BERTHA, dihadiri oleh berbagai dedominasi Gereja yang ada di Kabupaten Kotawaringin Barat, Hadir dari Kecamatan Pangkalan Banteng, Kumai, Pangkalan Lada, Arut Selatan, Aruta, dan kotawaringin Lama. Pada Sambutannya Ketua Evangelical Bapak HARGONO menyampaikan bahwa apa yang diselenggarakan Evangelical bisa menjadi berkat untuk semua Gereja. 
TUHAN MEMBERKATI EVANGELICAL


 Jemaat  yang hadir pada malam kesaksian ROBBY SUGARA DAN NY. BERTHA Gereja Sinta Pangkalan Bun 16 Agustus 2011
 Robby Sugara di Gereja Sinta Pangkalan Bun
 Kesaksian Ny. Bertha di Gereja Sinta Pangkalan Bun
 Bapak Robby Sugara mendoakan Jemaat
Tim Evangelical  Kotawaringin Barat


Sabtu, 13 Agustus 2011

PERAYAAN HUT PEMUDA GKE DI PANGKALAN BUN

 Paduan Suara SPP GKE Pangkalan Bun
 Sambutan Ketua Majelis Jemaat GKE Pangkalan Bun Pada HUT Pemuda GKE Bp. Pdt. Teras Moses, STh
 Keluarga Jhon Heriono, SPi mendapat hadiah dari SPP atas partisipasinya hadir lengkap dengan sluruh keluarga pada HUT Pemuda GKE (diserahkan oleh Pdt. Marlinawati STh)
 Anak yang jadi pemenang lomba mewarnai
 Bp. Abet Nego dari Jemaat Sion S. Rangit Juara I Vokal Bapak-bapak
Bapak Patson Juara Pavorit lomba Vokal Bapak-bapak
Seksi Pelayanan Pemuda (SPP) Jemaat GKE Pangkalan Bun dalam rangka merayakan HUT Pemuda GKE melaksanakan kegiatan-kegiatan : Lomba lari karung, lomba mewarnai untuk anak-anak, lomba SPPR, lomba vokal bapak-bapak, dan tarik tambang, untuk diakonia dilakukan pengumpulan coin untuk "ABET" dalam upaya membantu biaya sekolah "ABET" yang sekarang masih sekolah di SPM Abdi Pangkalan Bun. Tema yang aiangkta adalah " SEPERTI ANAK-ANAK PANAH DITANGAN PAHLAWAN, DEMIKIANLAH ANAK-ANAK PADA MASA MUDA" (Mazmur 127:4). Perayaan Diakhiri ibadah di Gereja Sinta Pangkalan Bun pada hari sabtu, 13 Agustus 2011. Tuhan Memberkati Pemuda.

Senin, 01 Agustus 2011

GEREJA KALIMANTAN EVANGELIS

PROFIL GEREJA KALIMANTAN  EVANGELIS (GKE)
1.       Sejarah singkat Gereja Kalimantan Evangelis
         Dimulai pada abad XIX ketika Eropa terjadi kebangkitan kesadaran untuk  mengabarkan Injil ke seluruh Dunia. Abad ini dikenal sebagai The Great  Century (abad Agung) untuk pekabaran Injil (PI)
         Pada sekitar Tahun 1830 tersiar kabar mengenai pulau Kalaimantan di tanah Jerman. Dalam cerita-cerita itu digambarkan mengenai ratusan ribu orang Dayak masih tertinggal dalam peradaban, sering terjadi perang antar suku, praktek pengayauan (mencari kepala manusia untuk korban), masyarakatnya tidak mengenal pendidikan dan pelayanan kesehatan. Orang-orang Dayak tersebut tinggal dalam kegelapan, karena belum menerima Injil, karena itu muncul kerinduan, kesadaran dan semangat yang menggebu-gebu di kalangan umat Kristen Jerman untuk memberitakan Injil ke Kalimantan yang pada saat itu dikenal dengan nama Borneo.

Periode I, 1835 – 1920 (periode perintisan oleh Misionaris)
         Kerinduan, kesadaran dan semangat itu selanjutnya diwujudkan dengan diutusnya dua orang misionaris dari RHEINISCHE MISSIONSGEZELSCHAFT ZU BARMEN (RMG) untuk berangkat ke Kalimantan, yakni Mr. Barnstein dan Mr. Hayes. Mereka berdua pertama-tama datang ke Batavia (Jakarta).  Namun kemudian  Hayes sakit dan harus kembali ke Jerman.  Barnstein akhirnya berangkat ke Banjarmasin dengan menumpang kapal dengan lama perjalanan 44 hari, tiba di Banjarmasin tanggal 26 Juni 1935. Pada tahap awal Barnstein di Kalimantan  mengadakan perjalanan ke pedalaman Kalimantan untuk mencari orang-orang Dayak, dan sampai ke Gohong di tepi Sungai Kahayan , di Gohong Barnstein mengadakan upacara angkat saudara dengan pertukaran darah (hangkat hampahari hatunding daha) dengan Temanggung Ambo Nikodemus, Kepala suku setempat. Sejak itu Barnstein dianggap saudara oleh orang Dayak. Selanjutnya, enam bulan kemudian datang lagi menyusul tiga misionaris dari Jerman, yakni Becker, Hupperts dan Krusmann,  dan beberapa tahun kemudian  berdatangan lagi sejumlah misionaris lainnya dari Jerman untuk memberitakan Injil di Kalimantan.
Dengan beberapa orang misionaris Barnstein membuka pangkalan pekabaran Injil di beberapa tempat, dengan adanya pangkalan pekabaran Injil ini, mulailah diadakan usaha-usaha di bidang pendidikan seperti pendirian sekolah-sekolah, pelayanan kesehatan, pemberitaan, perkunjungan dan percakapan langsung dengan orang-orang Dayak. Metode yang digunakan oleh para misionaris adalah : 1) memenangkan ikatan persahabatan dan persaudaraan. 2) perbaikan taraf hidup, social ekonomi rakyat. 3) pendekatan kepada golongan tokoh adat/kepala suku. 4) pendidikan dan 5) pelayanan kesehatan. Periode ini memerlukan kesabaran dan keuletan tersendiri.
        Periode pertama pekabaran Injil di Kalimantan mengalami cobaan berat ketika terjadi pemberontakan Hidayat dari kesultanan Banjar 1 Mei 1859, pemberontakan ini didukung oleh banyak tokoh  Dayak. Tujuan pemberotakan adalah mengusir pemerintah Belanda dan semua orang kulit putih dari bumi Kalimantan. Pemberontakan ini memakan korban Empat orang misionaris, tiga orang isteri dan dua orang anak mereka, mati dibunuh oleh orang Dayak.  MISIONARIS ROTH, WIEGAND DAN ISTERI, MISIONARIS KIND DAN ISTERI BESERTA DUA ORANG ANAK MEREKA MATI DIBUNUH DI TANGGOHAN, MISIONARIS HOFMEISTER DAN ISTERI DI BUNUH DI PENDA ALAI (Desa Buntoi Sekarang) SEDANGKAN MISIONARIS KLAMMER yang berada di Tamiang Layang berhasil diselamatkan oleh para pemimpin Dayak  di Sana. Sejak pemberontakan tersebut, pemerintah Hindia Belanda melarang semua orang kulit putih termasuk para misionaris untuk masuk ke pedalaman Kalimantan. Hasil Pekabaran  Injil yang sudah berlangsung 25 tahun  tidak diketahui hasilnya. Sesudah pemberontakan Hidayat dapat ditumpas tahun 1866.  Beberapa tahun kemudian baru misionaris diijinkan disekitar benteng Belanda.  Sampai dengan tahun 1911, tercatat kurang lebih 3.000 orang Dayak sudah dibaptis menjadi Kristen.
Awal abad ke XX ditandai pecahnya perang dunia I di Eropah. Akibat nyata yang dialami oleh Badan Zending adalah kesulitan keuangan, badan ini tidak mempunyai dana lagi untuk membiayai pelaksanaan Pekabaran Injil di Kalimantan maupun Sumatera, pada tahun 1920 disepakati bahwa Basler Missionsgezellschaft (BM) mengambil alih pelaksanaan PI di Kalimantan, yang pada waktu itu jumlah orang Kristen sebanyak 5.000 orang, 14 pemberita, 39 penatua, 14 missionaris, 11 setasi (pangkalan induk). BM menempatkan misionaris di setasi-setasi yakni : missionaries Henking di Banjarmasin, Weiler di Tamiang Layang, Kuhnle di Mangkatip, dan  Huber di Puruk Cahu.

Periode II 1920 – 1935 (periode peralihan Zending)

Basler Missiongezellschaft (BM) awalnya melakukan tugas PI dengan mengandalkan misionaris Jerman kemudian Swiss. Orang Dayak belum banyak dilibatkan dalam berbagai kegiatan PI. Usaha yang telah dilakukan oleh RMG terdahulu diteruskan lagi khusunya untuk pembinaan Jemaat. Konsulidasi dilakukan dan dikembangkan menjadi satu lembaga persekutuan orang-orang Kristen yang kemudian akan menjadi Jemaat.
Peraturan Gereja untuk orang-orang Kristen di Kalimantan mulai disusun, Diterimanya Peraturan Sidang Jemaat Kristen yang disyahkan oleh RMG pada tahun 1912 menjadi dasar hidup berJemaat.
Pada tanggal 3-4 Maret 1925 di Banjarmasin diadakan pertemuan para misionaris dan sejumlah utusan Jemaat, selanjutnya Sinode tahun 1930 di Mandomai memutuskan menerima secara resmi Peraturan Sidang Jemaat Kristen di Borneo Selatan yang sudah diperbaharui tahun 1925, dan dipilihnya anggota Majelis Sinode (Synodale Commissie) pertama dengan susunan :
1.       Ketua                            :  Pdt. K. Epple (Zending BM)
2.       Wakil Ketua                :  August Narang
3.       Anggota                       :  Pdt. C. Weiler (Zending), M. Lampe. A. Kiting, A. Blantan, E. Tahan
4.       Anggota Kehormatan : F. Dingang.
Sejak tahun 1930 dilakukan persiapan untuk membentuk Jemaat-Jemaat yang tersebar di Kalimantan hasil PI RMG dan BM kedalam suatu wadah lembaga Gereja. Dalam Rangka persiapan itu pada tahun 1932 didirikan Sekolah Theologia Di Banjarmasin.


Periode III, 1935- 1945 (periode lahirnya Gereja Dayak)
         Gereja Dayak Evangelis berdiri pada tahun 1935 hasil dari persidangan Sinode umum di Kuala Kapuas yang berlangsung tanggal 2 – 6 April 1935. Sinode umum tersebut dihadiri oleh 30 orang Kristen Dayak dan 8 orang penginjil Zending. Dalam persidangan  tersebut, pada tanggal 4 April 1935 pukul 12.00 siang disyahkan secara resmi Peraturan Gereja I Gereja Dayak Evangelis. Inilah yang dinyatakan sebagai tanggal berdirinya Gereja Dayak Evangelis yang disingkat GDE sebagai Gereja yang berdiri sendiri. Dalam Sinode umum tersebut pada tanggal 5 April 1935 ditahbiskan lima Pendeta Dayak pertama lulusan Sekolah Teologia Banjarmasin, yaitu : Pdt. Rudolf Kiting, Pdt. Eduard Dohong, Pdt. Gerson Akar, Pdt. Hernald Dingang, Pdt. Mardonius Blantan. Penguatan kapasitas orang dayak Kristen dalam pengelolaan GDE pada tahun 1937 semakin dimatangkan dengan  diadakan Konferensi pengerja Zending yang menegaskan bahwa Badan Zending patutlah semakin berkurang, dan Gereja Dayak makin bertambah, Hendaklah kita semakin mengundurkan diri sampai pada pelayanan persuadaraan dan Nasehat.
       Pada tahun 1939 keadaan GDE tercatat sebagai berikut : Jumlah anggota 15.000 orang, tenaga pekerja Dayak 235 orang, terdiri dari 16 pendeta, 33 penginjil, 158 guru, 26 pembantu perawat, 1 kolportir, 1 dokter diperbantukan, pekerja Zending 40 orang, terdiri dari 14 missionaris, 3 dokter, 4 suster, 2 guru, 1 administrator ( dengan keluarga masing-masing)
       GDE mendapat ujian yang berat  dengan terjadinya perang Dunia II pada tahun 1940-an. Para misionaris dan keluarganya yang berasal dari Jerman dan Swiss ada yang ditawan dan dibawa Ke Jawa untuk selanjutnya di pulangkan. Dalam penawanan dan pembuangan sejumlah misionaris dan keluarganya tersebut, ketika diangkut untuk dibuang ke kamp Interniran di India, kapal yang  mereka tumpangi karam dan menewaskan semua penumpang termasuk para missionaries dan keluarga mereka. GDE dengan beberapa pendeta Swiss dan Belanda yang masih ada di Kalimantan di tambah dengan beberapa pendeta dayak harus berjuang mempertahankan hidupnya dengan berbagai kekurangan dan kesulitan akibat penguasaan tentera Jepang.
      Awal bulan pebruari 1942, merupakan awal habisnya para pengerja yang berasal dari Badan Zending di Eropah dan hancurnya sejumlah sarana yang didirikan zending oleh tentera Jepang. Hubungan Zending di Eropah putus sama sekali. Pada masa pendudukan Jepang inilah GDE harus benar-benar mampu berdiri dengan kekuatan sendiri.  Pada masa itu pula datang sejumlah pendeta dari Jepang, seperti ;Pdt. Shirato, Pdt. S. Honda, Pdt. K. Kaneda, dan Pdt. Suzuki. Dengan bantuan beberapa pendeta Jepang ini GDE terus berbenah diri. Melalui sejumlah Konferensi, GDE semakin memantapkan organisasi dan kehadiran nya sebagai Gereja Tuhan Di Kalimantan. Dan ini terus berlangsung sampai proklamasi Kemerdekaan RI Tahun 1945.

Periode IV, 1945 – 1960 ( periode perubahan nama GDE)
       Sejak tahun 1945, GDE mulai membangun wajah baru dengan kesadaran bahwa orang-orang yang bias menjadi anggota Gereja bukan hanya orang dayak, melainkan orang dari berbagai suku bangsa yang ada di Kalimantan. Pada Sinode umum GDE ke -5 di Banjarmasin tahun 1950, seiring dengan masuknya GDE menjadi anggota Dewan Gereja-Gereja di Indonesia (DGI), nama Gereja Dayak Evangelis (GDE) diganti menjadi ‘GEREJA KALIMANTAN EVANGELIS’ (GKE).  Gereja ini tidak lagi membatasi diri sebagai Gereja Suku, tetapi Gereja yang terbuka untuk semua orang yang ada di Kalimantan. Mulai Tahun 1960 GKE memperluas wilayah pelayanan ke Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat. Dengnan demikian sejak itu kawasan pelayanan GKE meliputi seluruh wilayah Kalimantan.
Tantangan yang harus dihadapi GKE adalah perkembangan masyarakat dan dunia yang terus berlangsung cepat dan berubah-rubah. GKE perlu benar-benar hadir sebagai alat kesaksian di bumi Kalimantan bersama-sama dengan semua umat beragama lain dari semua suka bangsa yang ada, dengan membawa syalom Allah di bumi Kalimantan sampai Ia menggenapkan RencanaNya.
Dasar pendirian : STAATBLAD NO. 217. TGL. 24 APRIL 1937
GKE resmi berbadan hukum tahun 1954 dengan akta nomor : J.A.5/104/9 tanggal 17 Nopember 1954.
 VISI teologis GKE : “TERWUJUDNYA LANGIT DAN BUMI BARU”

GKE SEKARANG
Jemaat                                 =          896    Jemaat definitive, Calon Jemaat : 297 Jemaat
Resort                                   =          80     Resort
Calon Resort                      =          13 Cares
Jumlah Anggota                                =    297.016  Jiwa, 74.654 KK
Pendeta                               =       571   orang
Penatua                               =     7.711 orang
Diakon                                  =    6.411 orang
Yayasan Sosial                   =   7 unit
Yayasan Pendidikan        =   4 unit
Gedung Gereja                 =   1.048 unit
Pastori                                  =      364 unit
Kantor                                  =      86 unit
Sekolah TK                        =    4 unit
SD                                           =    7 unit
SMP                                       =    7 unit
SMA                                      =    9 unit
STM                                       =   1 unit
PLPP/SPP                            =    1 unitROFIL